Minggu, 19 September 2010

Takdir dan Nasib

Malam ini,pikiran saya melayang pada pertanyaan :takdir dan nasib.Iseng2 saya bertanya pada seorang teman,apa perbedaan keduanya.Teman saya mengatakan:takdir itu hak prerogatif Tuhan,sedangkan nasib ada campur tangan manusia.Lalu,saya bertanya lagi,jika manusia menyerahkan semuanya pada takdir,apakah artinya manusia sudah merasa bahwa tak ada lagi yang bisa diubahnya?Teman saya berpendapat bahwa manusia telah berusaha semaksimal mungkin tapi tetap hak prerogatif ada pada Tuhan.
Takdir,menurut saya adalah kepasrahan manusia padaNya.Harapan yang memuncak,yang telah berusaha diwujudkan oleh manusia,tapi belum menampakkan hasil yang diharapkan. Tapi manusia tetap memiliki pengharapan dan pasrah pada kehendakNya.Nasib menurut saya adalah suatu usaha manusia yang telah menunjukkan hasil. Entah, benarkah pendapat saya ini?
Satu hal yang mengganggu pikiran saya. Harapan yang membuncah dalam pikiran dan hati ditambah dengan usaha mati-matian untuk mewujudkannya,benarkah kita sungguh-sungguh pasrah pada takdirNya? ini adalah bentuk dangkalnya pemahaman iman saya.Saya belum yakin menyerahkan apa yang saya alami padaNya.Terlalu dangkal saya memahamiNya.
Takdir ataupun nasib...atau istilah lainnya,yang belum saya mengerti pemahamannya,semoga tidak menyurutkan niatan saya untuk lebih dekat denganNya.Tidak sekedar teori yang melekat dalam pikiran saya,tapi lebih pada refleksi kehidupan saya,membuat saya senantiasa dekat dan bersyukur atas kasihNya.Semoga saya tidak menganggap semuanya takdir hidup tapi bagaimana saya bertanggung jawab pada pilihan hidup saya.semoga...

2 komentar:

  1. yah, dah takdir kalo nasib gw harus kerja di tempat yg sama sm kamu, dek... wekekeke

    BalasHapus