Pukul 10 malam, masih di jalan katanya. Kuucapkan sepenggal kalimat ‘Hati-hati’ Seperti biasa tak jawaban, tak ada berita. Aku pun mulai merajuk, pikirankupun mulai meracau ‘jangan-jangan’ Air dingin mendinginkan kepalaku. ‘Apakah sepenggal hati- hati hanya sebatas basa-basi?’
Pukul 1 siang, masih makan katanya. Kulemparkan sebuah pertanyaan ‘makan apa?’ Suara hatiku tiba-tiba mengatakan :’Hei, kamu bertanya pada anak yang berusia tiga tahun?’ Lalu aku terdiam, berharap yang kutanya melemparkan pertanyaan, tapi dia hanya mendengarkan celotehku…seperti biasa… Cuma aku yang menceritakan apa kegiatanku, menambahnya dengan bumbu- bumbu tak penting.
Pukul 9 pagi, dia bertanya ‘ apa kabarmu?’. Kujawab dengan untaian kalimat yang sinis ‘untuk apa kamu tau?’ aku tak pernah peduli, mungkin dia berat mengeluarkan pertanyaan itu.
Pukul 8 malam, dia bertanya 'kenapa belum pulang?'. Kujawab dengan jawaban singkat ' masih main' Aku tak peduli, bagaimana aku pulang ke rumah. Kurang berpikir panjang.
Bukan salah siapa-siapa. Bukan salahku, juga bukan salahnya. Ini hanya sebuah episode yang belum ada ending ceritanya. Kami pemainnya, dan sutradara sedang mengarahkan cerita. Kadang aku sedikit berimprovisasi, tapi justru itu mengubah alur cerita. Aku harus menuruti kata sutradara. Bermainlah seapik mungkin, karena akan KUbuat ending cerita yang apik. Semuanya, apik..hanya tinggal waktu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar