Minggu, 17 April 2011

Tulisan yang Masih Ada Titik dan Koma

           
Manusia lahir hanya membawa raga dan nyawa. Tak ada yang keluar dari rahim ibunya sudah berpakaian penuh warna. Manusia lahir tanpa membawa nama, ayah ibunyalah yang berhak menamakannya. Tak hanya itu, ayah ibunyalah yang membentuk karakternya, mempengaruhi tindak tanduknya, lewat contoh perilaku yang diberikannya.
Setelah manusia mampu melihat dunia, artinya manusia siap melihat semua yang berwarna. Aku beda, kamu beda, dia beda, dan akhirnya pada kesimpulan kita beda. Lalu, kenallah manusia dengan manusia lain selain ayah ibunya, yang dihormatinya, dan dicontohnya. Sama, dunia akan memberinya label ‘ ini baik, ini buruk’. Kadang manusia bimbang, mana yang harus dipilihnya.
Kembalilah manusia pada ayah ibunya. Bertanya kenapa tak sama. Ayahnya menjelaskan demikian, ibunya menjelaskan demikian, manusia yang lain menjelaskan demikian.Manusia semakin tak mendapatkan jawaban yang tak pasti dari pertanyaannya. BIMBANG dan RAGU…lalu tiba-tiba manusia menjadi naïf…ah.. aku mau yang sama saja. Lalu tak mencinta yang beda.
Pada akhirnya, manusia melindungi yang sama, seakan-akan yang beda akan merusak sesuatu yang sama. Saling serang hanya itu yang bisa dilakukannya, tanpa tau apa penyebab utamanya. Sebagian manusia bertindak cepat.  Sadar bahwa bukan harus sama tapi bagaimana cara bergandengan untuk mencapai tujuan yang sama. Sayang, semakin hari semakin sedikit tipe manusia yang menyadari kekeliruannya.
Manusia yang demikian sebaiknya hidup dalam goa…tak bertemu dan bersapa dengan lainnya. Bukankah hatinya akan gembira karena berkumpul dengan yang sama? Tak sadar, bahwa itu berarti melukai Sang Pencipta. Kembalilah pada menu awal. Manusia lahir hanya membawa raga dan nyawa, bukan pakaian yang penuh warna.

2 komentar:

  1. Sayang, semakin hari semakin sedikit tipe manusia yang menyadari kekeliruannya. << setuju dengan yang ini......heheee... tulisan yang bagus de`...

    salam :)

    BalasHapus