Rabu, 1 Juni 2011, kira- kira jam 17.50 kereta Bekasi Ekspress yang saya tumpangi berhenti di Stasiun Jakarta Kota. Seperti biasa, kereta akan berhenti sekitar 5 menit di sana. Dalam kesempatan yang sangat sempit itu, pedagang asongan akan masuk ke dalam kereta menawarkan dagangannya. Mulai dari krupuk kulit, glowing, lontong bu nunung (tampaknya ini yang menjadi favorit), sampai kursi lipat akan dijual di dalam kereta. Saat perjalanan dari Stasiun Gondangdia ke Jakarta Kota, saya merasa ,gerbong wanita , tempat saya duduk saat itu dijaga oleh beberapa petugas keamanan.
Ternyata inilah yang terjadi,begitu pintu kereta terbuka, petugas keamanan segera berjaga di pintu, melarang pedagang-pedagang itu untuk masuk kereta. Beberapa menurut, meneriakkan dagangannya dari pinggir pintu, tapi ada beberapa juga yang nekat masuk ke dalam kereta, walaupun akhirnya dihardik oleh petugas keamanan yang siap berjaga. Dan hal yang tidak diduga terjadi. Seorang pedagang kursi lipat mendorong badan petugas. Keributan pun terjadi!ya, keributan antara petugas keamanan dan pedagang.
Sisi pedagang :
Kalian tidak tau bagaimana sulitnya jualan. Kami hanya menjual dagangan kami ! berilah kami kesempatan, toh ada juga yang mau beli di dalam kereta ! TIDAK ADIL!!!!
Sisi petugas keamanan :
Kalian tidak tau bagaimana sulitnya tugas kami harus menertibkan pedagang! Tugas kami adalah membersihkan stasiun dari pedagang. Itu tugas kami, dan untuk itulah kami dibayar. Tidak dapatkah pedagang bekerjasama???
Sisi penumpang :
Aduh..lapar..mana pedagangnya? aduh...kok nggak jalan sih keretanya...bikin telat aja sampai rumah !petugasnya arogan deh...pedagangnya bandel...bikin kereta telat!!!
Ada 3 sisi dari peristiwa itu. Saya tau, mereka masing- masing marah, kesal..tapi tidak tau harus melampiaskan kemarahan pada siapa. jelas, ketiga sisi itu saling bertabrakan, tidak menemukan titik temu, setidaknya saat peristiwa itu.
Ya, sistemlah yang membuat kemarahan itu tidak terlampiaskan. Sistem yang mengkotak- kotakkan, sistem yang memihak satu sisi, tanpa memperhatikan sistem lain. Burukkah sistem itu? Bisa ya bisa tidak...Ya jika sistem itu kaku, hanya berpihak pada satu sisi tanpa mempertimbangkan sisi lain yang mengakibatkan kecemburuan dan konflik pada sisi yang lain. Tidak jika sistem itu seperti air, bergerak sesuai tempatnya, mempertimbangkan semua sisi, bukan adil tapi bijaksana dan masing- masing sisi tersebut saling bekerja sama dengan sisi yang lain.
Contohnya : bukankah lebih menyenangkan jika, pedagang tertib, di tempat khusus, dengan petugas yang mengingatkan keberadaan mereka, dan pembeli juga tidak nyampah?Bisa diatur kan?
Pertanyaan selanjutnya, bisakah sistem itu tercipta? Tentu bisa..bukankah itu PR untuk kita semua?
Semoga, tak ada lagi kemarahan yang tidak terlampiaskan. ENJOY!!!
mungkin, dan bisa jadi.. asal semua berempati sih.. tapi balik lagi. UUD, ujung2nya duit... butuh duit biar tertib.
BalasHapuspedagang butuh duitt, petugas juga.. penumpang juga. sama2 cari maem laah
yup bener bangeeet mestinya pedagang2 itu dilokalisasikan. jadi keliatan rapi jadinyaa. Pihak KA juga jadwal keberangkatannya mestinya on time doong..
BalasHapusyah... memang susah untuk bisa menyenangkan semua pihak, dek... makin lama makin kapitalis, yang kuat menang :) ... Btw, pa khabar kamuu?
BalasHapus